MAHASISWA DAN HIZBUT TAHRIR




Syaifullah Sanggala, S.Ak
Humas Gema Pembebasan Sultra


Mahasiswa adalah salah satu intelektual muda yang mempunyai daya kritis dan siap terjun diruang pertarungan intelektual dan gagasan (Ide)" itulah slogan yang terus menghampiri telinga kami para mahasiswa baru diawal-awal menjadi mahasiswa dalam dunia kampus, Aktivitas kampus pun diwarnai dengan para mahasiswa yang bergantian orasi didepan kampusnya masing-masing tanpa memperdulikan jadwal perkuliahannya dan menyebut dirinya 'Kamilah Mahasiswa Sejati'.

Disudut kampus lain ada penampakan yang berbeda para mahasiswa sibuk membahas gebetan, pacar dan odo-odo'nya, hangout, satnight hingga sinetron india yang tengah hitz diceritakan kembali seolah mengalahkan produser aslinya.

Lapangan kampus pun dipenuhi para mahasiswa yang mengenakan celana pendek dgn kaos sedikit panjang sambil menggiring bola dengan asik hingga adzan maghrib pun terlupakan karena asiknya dan terlena seperti mengalahkan duel maut esclasico.

Tak hanya itu digazebo kampus nampak seorang berkacamata tebal hanya ditemani buku-buku akademik dengan serius lembaran demi lembaran dibuka, mungkin sedang mencari sebuah rumus yang tak terekam oleh buku akademik, namun terekam oleh buku kehidupan rasional.

"Ku ingin menjadi mahasiswa apa?", gumamku dalam hati kecil. Terus saja kuberjalan menjalani kehidupan kampus seperti biasa menjadi mahasiswa yang hanya datang duduk pulang dan sesekali ku tengok mushola, disana ada beberapa mahasiswa sedang melantunkan ayat-ayat suci dan mengerjakan ibadah ritual lainnya, wah sepertinya asiik.. dibanding mahasiswa-mahasiswa yang ada diluar sana seperti seolah tuhan tak hadir dalam kehidupan mereka, lebih tepatnya sekuleristik.

Ada yang menarik saat kelas kami digabung, kebetulan pengajar atau dosen yang sama, seorang mahasiswa tengah beretorika dengan daya intelektual mencoba mengaitkan peristiwa sejarah dengan kehidupan saat ini dengan bumbu-bumbu dalil diramu pula pada sentuhan teori ilmiah yang dibangun dengan paradigma rasioanal. Mengagumkan...!!!

Diperjalanan pulang hatiku seolah berdialog dengan ketajaman hasil pemikiran itu yang tak pernah tersentuh oleh para kaum intelektual abad ini, analisa yang begitu dalam mengentaskan kemiskinan, mengelola sumber daya Alam, memberi solusi pada pergaulan bebas, mengatasi narkoba, mencegah dan memberantas korupsi, dan mengatur hukum yang sudah tak kunjung memberi efek jera, semua dijelaskan dengan alur-alur islami.

Dunia kampus sepertinya diseting dan di stir oleh kaum-kaum hedonis, mahasiswa apatis sedang bercumbu dengan pangeran-pangeran korea melalui cerita sinetron dilayar kaca, sibuk memperbaiki fashion bergaya di depan kamera ponsel untuk dipajang berkelana diakun akun sosmed, diseblah sana ada pula yang intelektualnya terjual dan tergadaikan oleh dolar-dolar kehidupan semu berorasi sedang akting dan dibelakang layar berkata 'Kamilah mahasiswa pecundang'.

Alhamdulillah di sebuah perjalanan kehidupan kampus akhirnya ada sebuah gerakan yang menyadari hal itu dan menyadarkan para mahasiswa dengan ide dan tugasnya mengemban islam sebagai qiyadah fikriyah serta menjadikan islam sebagai solusi dan ide untuk diperjuangkan bagi anda yang bergelar mahasiswa.

Hizbut-tahrir dalam perjalanan dakwahnya begitu memuliakan dan memahami fitrah mahasiswa sebagai agent of change, social of control dan agent of dakwah tanpa lelan kebaikan-kebaikan itu tersebar di sudut-sudut kampus, yang tadinya mahasiswa preman, mahasiswa apatis, mahasiswa hedonis, mahasiswa pragmatis semua berubah dengan fitrahnya sebagai mahasiswa sejati yang mengemban dakwah dan terdepan pula dalam bidang akademik

Gerakan itulah yang hari ini mendapat diskriminasi dari sebuah rezim yang tak mengedepankan dialog untuk mencapai permusywaratan yang mufakat. sepertinya rezim tak pandai lagi menafsirkan ketuhanan yang maha esa, mengahalangi dakwah dan akhirnya seolah membuat sekat - sekat yang membuat kita seperti tak satu, padahal jika rezim itu ingin berkaca semestinya mereka malu pada padi dan kapas yang mengajarkan keadilan bagi seluruh rakyat. Dan itulah ciri mereka para diktator yang tak memiliki rasa manusiawi nan adil dan beradab.

*Pendapat Penulis bukan termasuk pendapat lembaga/gerakan

No comments

Powered by Blogger.