ANTARA FRAMING, BENTURAN, DAN FAKTA : DIBALIK VIDEO VIRAL TANGGAPAN VETERAN TERHADAP SUMPAH PERJUANGAN KHILAFAH




Oleh : Muhammad Alauddin Azzam (Peneliti Civilization Analysis Forum, CAF)

Baru-baru ini muncul video viral mengenai tanggapan para veteran menyaksikan sumpah mahasiswa Islam dalam rangka memperjuangkan Khilafah. Menganalisa video tanggapan tersebut beberapa hal yang bisa kita amati tentu saja raut wajah dan tanggapan via lisan dari para veteran saat dan setelah melihat video sumpah mahasiswa Islam tersebut. Berbagai komentar pun silih berganti berdatangan meramaikan kehadiran video itu. Beredar pula gambar di medsos mengenai pembuatan video tanggapan dengan adanya ruang studio dan terdapat 'intruktur' dengan memegang laptop di hadapan para veteran. Benar tidaknya kabar itu, saya tidak tahu.

Saya hanya ingin menyampaikan analisa terhadap video tanggapan tersebut. Pertama, adanya video tanggapan dalam rangka menilai sebuah sumpah mahasiswa Islam yang 'tiba-tiba' viral itu tidak muncul seketika dan tanpa sebab-sebab tertentu. Maksudnya, pembuatan video tanggapan pasti bersandar pada tujuan tertentu untuk bisa dipahami maksudnya oleh pemirsa. Dan ini sudah bisa ditangkap secara mudah apa maksud dibalik pembuatan video tersebut. Bila kita mengamati isu hari ini, dikala opini Islam dan Khilafah menjadi trending topic, berbagai respon pun berdatangan. Salah satunya mengaitkan dengan opini 'Dia' Anti-Pancasila dan 'Saya' Pancasila dengan dalih-dalih tertentu.  Maka, kelahiran video yang membicarakan perihal perjuangan Khilafah kemudian ditanggapi dan direspon dengan tanggapan tidak lepas dari framing yang ingin dibentuk. Terlebih, melihat siapa dan apa yang ditanggapi menjadi dua indikator dalam membaca arah video itu akan berlabuh. Framing menjadi hal yang terliat dalam 'packaging' konten video dengan pesan dan arah tertentu. Tentu tak perlu bersusah payah, mungkin pemirsa pun lebih tahu daripada saya apa framing yang dibentuk dari video itu.

Berikutnya, eksistensi mahasiswa Islam yang bersumpah memperjuangkan Syariah dan Khilafah disertai sumpah-sumpah sebelumnya yang telah terucap ditanggapi oleh para veteran. Objek ditanggapi oleh subjek yakni para veteran. Kita sudah tahu para veteran Indonesia. Ya, mereka yang dianggap berjasa membawa negeri ini merdeka dari penjajah. Namun, apa yang ada di dalam video membawa satu arah pula yakni proses 'crashing' antara para pejuang Islam, yakni para mahasiswa Islam yang bersumpah berjuang untuk Islam dengan para veteran yang dinilai nasionalis dan loyal terhadap negara. Efek dari membenturkan atau 'crashing' ini tentulah akan berakibat kepada lahirnya opini umum di masyarakat bahwa para pejuang Islam ini akan membahayakan mereka, masyarakat. Para pejuang Islam ini adalah ancaman dam seterusnya. Hanya dengan adanya 'crash' idealisme antara para veteran dan para pejuang Islam. Membenturkan antara dua kubu yang diapresiasi nasionalis dengan para pejuang Islam sudah menjadi strategi barat ketika ingin membenturkan antara Turki dengan Arab di level negara. Level kubu dibenturankan dan  dimainkan antara kalangan moderat, tradisionalis, dan fundamental dengan penilaian dan pandangan barat. Jadi sebetulnya upaya membenturkan ini sudah menjadi strategi agar kalangan nasionalis berlindung dibalik veteran untuk menghadang laju para pejuang Islam. Padahal kebanyakan yang menilai dirinya nasionalis justru dia a-nasionalis kan ?

Analisa selanjutnya adalah kesalahan video terhadap fakta negeri kekinian yang sebetulnya dikacaukan oleh banyaknya kebijakan rezim yang sudah diluar nalar hakikatnya negara sebagai pelindung dan pengatur urusan masyarakat di naungannya. Fakta hari ini telah menunjukkan China mendapatkan aset 21 triliun untuk membangun proyek di Sulawesi. Belum lagi adanya wacana bandara dikelola oleh asing. Kebijakan negara untuk merevisi DNI, adanya dalih investment grade kemudian memberikan keleluasaan untuk investasi asing, polemik PTFI di Indonesia, kenaikan harga berbagai pasokan barang pokok, isu Tarif Dasar Listrik (TDL) awal Juli dan seterusnya. Dengan adanya fakta kebijakan ini, video yang dimunculkan seharusnya tanggapan para veteran terhadap fakta kekinian yang jelas menjadi bahaya untuk masyarakat. Indikator bahayanya sudah sangat jelas. Jelas sekali ! Rakyat menjadi entitas yang harus dikorbankan demi keberlangsungan jalannya ekonomi negara. Rakyat yang harus membayar mahal namun tidak berdampak setara dengan apa yang mereka bayar. Rakyat yang menjaga terjadi perputaran arus ekonomi, namun rakyat yang ditumbalkan demi kepentingan asing. Sehingga terdapat kesalahan video terhadap fakta yang teindera. Video tidak menunjukkan secara adil dan jujur terhadap apa yang sebetulnya mengancam dan berbahaya negara Indonesia. Jangan sampai si pembuat hanya mengada-ngada dan tidak mengerti ancaman dan bahaya sesungguhnya yang menimpa negeri ini bukan ?

Maka, seyogyanya kita jujurlah kepada para netizen dan citizen mulai hari ini. Membuat video harusnya dengan framing yang benar, tidak membenturkan, dan sesuai dengan fakta yang benar dan tepat dalam mem-'packaging' suatu fenomena dan isu. Membuat video harus memahami secara utuh objek yang dibuat, jangan setengah. Memahami mendalam terlebih dahulu konsep yang diusung, alasan perjuangannya, dan fakta kekinian yang nyatanya butuh solusi. Kemudian yang menanggapi juga jangan ada upaya 'by design'. Pahamkanlah dulu konsepnya, baru berikan tanggapan. Sehingga muncul kejujuran terhadap objek yang ditanggapi dari subjek. Jangan malah subjektif tanpa memahami secara utuh konsep dari objek yang ditanggapi. Karena sesuatu hal yang kita buat pada akhirnya pun akan dipahami secara sempurna dan jikalau ada rekayasa pun akan terungkap. Sekian.

Wallahu a'lam bish-shawaab


No comments

Powered by Blogger.