POLISI HARUS MEMINTA MAAF
Lutfi Sarif Hidayat, SEI
Direktur Civilization Analysis Forum (CAF)
Hasil survei yang pernah saya baca dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) tentang tingkat kepercayaan masyarakat kepada lembaga negara menemukan jawaban. Berdasarkan survei SMRC yang dilakukan pada Desember 2015, TNI menempati urutan tertinggi sebagai lembaga negara yang paling dipercaya dengan perolehan 89,6 persen.
Menyusul di posisi dua adalah presiden dengan 83,7 persen responden dan KPK dengan 82,9 persen responden. Berbeda dengan Polri yang memperoleh persentase 76,3 persen dalam kategori tersebut. Responden dalam survei tersebut sebanyak 1.220 orang dipilih secara random dari seluruh warga Indonesia berusia di atas 17 tahun.
Dari hasil survei tersebut saya melihat sangatlah penting bagi lembaga kepolisian khususnya untuk semakin berbenah. Sebab polisi sebagai lembaga yang sudah lama berdiri semestinya memiliki tingkat kepercayaan penuh dari masyarakat.
Terlebih polisi memiliki peran yang sangat strategis sebagai salah satu lembaga negara. Seperti diketahui bersama, menurut pasal 13 UU No 2 Tahun 2002 dijelaskan bahwa tugas pokok polri adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,menegakkan hukum, dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Dengan peran yang begitu strategis inilah, kepercayaan masyarakat menjadi salah satu acuan bagi kinerja pihak kepolisisian. Akan tetapi, saya pribadi semakin menemukan jawaban mengapa masyarakat belum sepenuhnya percaya dengan polisi.
Saya sangat menyayangkan dengan postingan video berjudul "Aku Adalah Kau Yang Lain" yang diunggah oleh Fanspage Facebook Divisi Humas Polri pada 24 Juni 2017 pukul 18.25 WIB.
Video tersebut bagi saya sangatlah tendensius dan tidak layak untuk disebarkan, terlebih oleh lembaga negara seperti polisi. Sebab video tersebut berisi sesuatu yang berlebihan dan berpotensi membuat pudarnya kerukunan yang sedang dirajut.
Bagaimana mungkin ada ajaran agama yang mengajarkan kepada pengikutnya agar tidak membiarkan ambulance melintas karena berbeda keyakinan. Sangat tidak mungkin, apalagi yang digambarkan dalam video tersebut seorang muslim yang tidak membiarkan ambulance. Saya melihat ada kesan, jika hal tersebut diajarkan dalam keyakinan tertentu. Bagi saya tentu sangat mustahil.
Dampaknya menurut saya akan menimbulkan potensi provokasi karena isinya cenderung mengandung isu SARA. Sehingga, alih-alih kerukunan masyarakat bisa terjalin dengan kuat, justeru video tersebut menciderai nilai-nilai toleransi. Tentu jika dibiarkan akan memberikan efek domino yang begitu rupa di tengah masyarakat.
Sebaiknya, polisi segera meminta maaf kepada masyarakat. Agar persolaan ini segera selesai dan dampak-dampak negatif tidak semakin besar. Karena kerugian sesungguhnya akan dirasakan pihak polisi sendiri melihat masyarakat sudah cerdas dan objektif dalam menilai persoalan. Sehingga segeralah minta maaf !
No comments