PEMUDA DAN MAHASISWA SOLORAYA BERSATU TOLAK PERPPU ORMAS
Suara Pemuda Islam - Soloraya, Pemuda dan Mahasiswa Soloraya yang tergabung dalam Aliansi Pemuda dan Mahasiswa Soloraya (APMS) menggelar aksi damai pada Ahad (16/07/2017) di Bundaran Gladak, Solo. Aksi yang bertema “Tolak Perppu Ormas, Tolak Kembalinya Rezim Diktator” itu diikuti 90-an pemuda dan mahasiswa yang berasal dari lintas gerakan dan komunitas, antara lain Gema Pembebasan Solo, Komunitas Yuk Ngaji, Partai Bara Mahasiswa UNS, LPM ar Rasail UMS, FORPIS (Forum Pemuda Islam Sukoharjo), Komunitas Pendaki Muslim (KPM) Solo, Komunitas Siswa Cerdas Produktif (KSCP), dan Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus (BKLDK).
Aksi itu untuk menolak diterbitkannya Perppu No. 2 Tahun 2017 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Ibnu Sahidin dari Gema Pembebasan dalam orasinya memaparkan bahwa diberlakukannya Perppu Ormas sejak dibacakannya Perppu tersebut oleh Menkopolhukam Wiranto dapat dijadikan sebagai alat untuk membungkam Ormas yang kritis kepada rezim Jokowi. Hal ini dianggap akan mengulang era diktator Orde Baru, sehingga Perppu ini harus ditolak.
Hanafi, perwakilan dari Yuk Ngaji Solo menyampaikan bahwa rezim saat ini sedang mengidap Islamophobia “Rezim Jokowi sedang menderita Islamophobia, sehingga ngotot untuk membubarkan Ormas-Ormas Islam seperti HTI dan FPI yang justru berkontribusi banyak melakukan amar ma’ruf nahi munkar”.
Yasin dari Komunitas Pendaki Muslim juga menyayangkan langkah Presiden Jokowi tersebut, bahkan ia menuding yang membuat negara ini genting bukanlah Ormas-Ormas yang dianggap radikal dan antiPancasila sebagaimana yang dituduhkan rezim, melainkan adanya penjajahan yang dilakukan oleh negara-negara asing “Jadi sebenarnya yang membuat negara ini genting dan terancam adalah penjajahan yang dilakukan oleh bangsa asing yang menguasai SDA Indonesia, bukan Ormas Islam” ujarnya.
Sementara Yusuf dari BKLDK mempertanyakan alasan kegentingan memaksa yang dianggap melatarbelakangi terbitnya Perppu ini “Apakah benar negara ini dalam keadaan genting sehingga perlu diterbitkan Perppu Ormas? Jika memang genting, mengapa Presiden Jokowi masih bisa membuat Vlog dan foto-foto selfie? Artinya negara ini tidak sedang genting, tapi kegentingan ini yang dipaksakan oleh rezim” pungkasnya.
Aksi yang dimulai pukul 13.00 - 14.30 WIB ini ditutup dengan pembacaan pernyataan sikap AMPS oleh Sigit Yudistira. Aksi berlangsung dengan tertib dan lancar dengan pengawalan dari kepolisian.
Sumber : Dakwah Solo
No comments